Foto : turis asal Spanyol Juan Pablo Soler |
MALANGSATU.ID – Fenomena pandemi Covid-19 menyisakan banyak cerita unik yang menggerakkan emphati dan simpati Kita untuk selalu bersyukur, dan ikhlas menolong sesama.
Layaknya cerita di film pacar ketinggalan kereta, begitulah sekilas gambaran nasib turis asal Spanyol Juan Pablo Soler (51) yang terpaksa stay long di Surf Camp Dukuh Balearjo, Desa Purwodadi Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang akibat adanya pandemi Covid–19.
“Saya merasa sedih dan khawatir ada apa-apa dengan sanak saudara di Spanyol karena Corona. Kabarnya di Spanyol lebih buruk dari di Indonesia. Namun saya cukup terhibur karena pemandangan disini indah dan orangnya ramah-ramah,” tandas Pablo Soler, Sabtu 25/4/2020.
Pablo sehari-harinya didampingi
Guide Surfing Dan Pemandu Lokal Arif Wibowo yang juga memberikan translate wawancara dari bahasa Inggris ke Indonesia, atau sebaliknya.
Juan Pablo Soler datang ke Bowele/Desa wisata Purwodadi Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang, pertengahan Januari 2020 sebelum Corona merebak di indonesia.
Awalnya dia datang bersama 1 orang teman bernama Paco. Dia datang untuk berselancar di pantai, dan ia merasa senang sekali dan kerasan sehingga memutuskan tinggal dalam waktu yang lama/long stay di camp surfing di pantai Lenggoksono.
Saat ini dia tidak bisa pulang karena di Spanyol kondisinya lebih parah akibat wabah Corona dibanding Indonesia.
Sehari-harinya kini Pablo tinggal di Surf camp milik Joni di Dukuh Balearjo, Desa Purwodadi Kecamatan Tirtoyudo.
Untuk bisa tinggal lama, Pablo sudah menghubungi kedutaan Spanyol hingga terbitlah surat ijin tinggal khusus.
Teman Pablo yaitu Paco yang menginap di homestay Lenggoksono, telah beranjak ke Yogyakarta sekitar seminggu yang lalu.
Pablo menuturkan dirinya merasa betah karena ombaknya bagus, bersambung-sambungan, ikan yang melimpah dan ada destinasi wisata unik yaitu Banyuanjlok.
“Kondisi dan pemandangan bagus. penduduknya ramah dan punya jiwa gotong royong yang kuat,” terang Pablo.
Agar stabil dan tenang, pihak desa telah menyiapkan tim yang bertugas mendampingi Pablo sehari-harinya.
Tim yang terlibat adalah Mukhlis ketua pokdarwis, mantri desa dan perangkat desa secara berkala memeriksa kesehatan Pablo.
Agar warga desa tidak curiga dan was-was, tim juga secara intensif memberi info ke warga bahwa Pablo datang sebelum Corona tersebar luas.
“Saya mesti menahan rindu sama keluarga. Kalo sudah bisa pulang ya pingin segera pulang. Tapi untunglah saya terhibur karena penduduk ramah dan pemandangan pantai eksotis. Dan untuk perbekalan uang untungnya masih ada,” tutur Pablo.
Sementara itu, Guide Surfing Dan Pemandu Lokal Arif Wibowo menuturkan, pihaknya merasa senang dengan keberadaan Pablo.
Ia dinilai cepat beradaptasi dan mudah akrab dengan berinteraksi bersama warga desa. Selain jago dalam surfing, Pablo juga ahli dalam memperbaiki papan selancar yang rusak.
Selain berselancar dan menggarap order memperbaiki papan selancar yang rusak, Pablo mengisi kegiatan dengan memancing di laut.
“Pablo sudah kami anggap saudara dan keluarga sendiri. Orangnya bregas, kuat dan humoris. Meski dirundung kecemasan dan khawatir akan nasib keluarganya di Spanyol, ia sering larut dalam kegembiraan dan canda tawa bersama Kami,” pungkas Arif. (*)