Dandim 0818, Letkol (Inf) Ferry Muzawwad, menanggapi hal tersebut mengaku sudah mengambil sikap untuk menindaklanjuti kabar yang disampaikan BNPT tersebut. Bahkan, pihaknya sudah melakukan pemetaan terkait daerah mana saja yang rawan akan pemahaman radikalisme dan terorisme.
”Tentunya pemetaan-pemetaan (daerah rawan paham radikalisme) itu pasti ada. Dan kami sudah berkoordinasi dengan rekan kepolisian. Intinya bahwa semua desa, semua daerah, tidak ada yang kami katakan bersih. Jadi, semuanya tetap ada dalam pantauan,” ungkapnya, Jumat 7/2/2020.
Letkol (Inf) Ferry Muzawwad, mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa secara gamblang mengatakan salah satu desa di Kecamatan Karangploso tersebut sebagai daerah paling rawan. Namun, juga tidak bisa memungkiri bahwa sejarah pernah mencatat ada penangkapan teroris di Desa Ngijo.
”Memang data yang ada di kami, ada mantan napiter (napi terorisme) yang tinggal di sana (Desa Ngijo) dan dulu teroris juga pernah ditanggkap di Desa Ngijo. Tapi tidak bisa kami sampaikan secara keseluruhan. Kan di Desa Ngijo juga banyak orang yang baik,” ucapnya.
Letkol (Inf) Ferry Muzawwad, Menyampiakan bahwa dari serangkaian catatan kelam keberadaan terorisme di Kabupaten Malang, Khususnya di Desa Ngijo, inilah yang menjadi perhatian khusus bagi BNPT.
”Tentunya sebagai masukan dari BNPT, tidak hanya di Desa Ngijo tapi di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Malang. Semuanya perlu adanya pembinaan dan pendekatan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Letkol (Inf) Ferry Muzawwad, menambahkan meskipun ada masyarakat di Kabupaten Malang yang pernah terpapar pemahaman radikalisme, pihaknya masih beranggapan mereka merupakan orang baik.
”Bagaimanapun mereka saudara kita. Saya yakin saudara-saudara kita orang baik. Tapi mungkin sedang salah jalan sehingga perlu diluruskan kembali,” ujarnya.
Letkol (Inf) Ferry Muzawwad, mengatakan, selain melakukan pemetaan dan pemantauan di kawasan yang rawan terpapar radikalisme, dia juga sudah menginstruksikan kepada seluruh anggotanya untuk aktif melakukan pendekatan kepada masyarakat.
”Kalau yang terpapar, kami tidak bisa pastikan satu per satu. Untuk itu, kami lakukan pendekatan agar yang semula ada pemikiran menyimpang, mudah-mudahan bisa kembali ke pemahaman yang benar. Untuk itu, kami melakukan pendekatan secara sosial, secara keagamaan,” ungkapnya.
Selain terus berkoordinasi dengan pemerintah Kabupaten Malang dan Polres Malang, Ferry juga mengharap dukungan dari masyarakat untuk bersama-sama memberantas pemahaman radikalisme di Kabupaten Malang.
”Tentunya kita 24 jam harus terus siaga, terus memantau. Sehingga jika ada hal-hal yang mungkin ada kejanggalan segera laporkan kepada TNI atau Polri terdekat yang bisa dengan segera memantau wilayah tersebut,” pungkasnya. (*)