5 Saham Kandidat Kuat Masuk MSCI November 2025, BREN hingga MDKA Jadi Incaran Investor Global

Malangsatu.id-Pasar saham Indonesia memasuki fase penting menjelang peninjauan indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) pada November 2025. Evaluasi rutin ini sangat berpengaruh terhadap arah aliran dana global, khususnya dari ETF dan institusi internasional yang menjadikan MSCI sebagai acuan utama portofolio.

Sejumlah analis menyebut terdapat lima emiten yang saat ini memiliki peluang paling kuat untuk masuk ke dalam indeks MSCI. Kelima saham tersebut menunjukkan performa kuat dalam free float, likuiditas, dan sentimen sektoral dalam beberapa bulan terakhir.

Mengapa Masuk MSCI Sangat Berpengaruh?

MSCI merupakan barometer pasar global yang digunakan oleh sovereign wealth fund, dana pensiun dunia, hingga ratusan ETF dengan total dana kelolaan melebihi US$1,5 triliun. Dana yang mengikuti MSCI bersifat benchmark-tracking, artinya mereka akan otomatis membeli saham yang resmi masuk indeks tersebut dalam porsi tertentu.

Hal ini menyebabkan terjadinya event rally yang sifatnya mekanis. Ketika keputusan masuk indeks diumumkan, aliran dana dipaksa masuk (forced buying). Tidak mengherankan apabila saham yang masuk MSCI sering melonjak tajam karena permintaan meningkat signifikan dalam waktu singkat.

5 Saham dengan Peluang Terkuat Masuk MSCI

1. Barito Renewables Energy (BREN)

BREN memiliki free float market cap sekitar US$3,5 miliar yang berada di atas ambang batas US$3,1 miliar. Turnover harian juga mencapai lebih dari US$12 juta, jauh melampaui syarat minimum. Dengan momentum energi terbarukan di tingkat regional, BREN dinilai sebagai kandidat paling konsensus dalam daftar ini.

2. Petrosea (PTRO)

Setelah restrukturisasi, free float PTRO meningkat signifikan dan diikuti dengan lonjakan likuiditas. Pada review MSCI sebelumnya, PTRO disebut sebagai salah satu saham yang paling berkembang dari sisi fundamental maupun market action.

3. Bumi Resources Minerals (BRMS)

BRMS menunjukkan fundamental kuat dari sisi kapitalisasi pasar dan likuiditas. Dengan market cap sekitar US$8 miliar serta free float market cap US$2,7 miliar, BRMS dinilai memenuhi kualifikasi MSCI. Eksposur pada emas yang sedang memasuki tren bullish juga menambah daya tarik investor global.

4. Aneka Tambang (ANTM)

ANTM memiliki free float besar dengan akumulasi asing mencapai Rp411 miliar dalam tiga bulan terakhir. Posisi ANTM didukung narasi strategis mengenai industri nikel dan ekosistem kendaraan listrik yang didorong kuat oleh kebijakan pemerintah dan permintaan global.

5. Merdeka Copper Gold (MDKA)

Dengan kapitalisasi pasar sekitar Rp59 triliun dan free float Rp28 triliun, MDKA menunjukkan likuiditas dan basis investor yang kuat. Annualized Traded Value Ratio di atas 15 persen serta net buy asing sekitar Rp814 miliar menjadi faktor pendukung utama peluang masuk MSCI.

Risiko Delisting: KLBF dalam Sorotan

Selain kandidat masuk, perhatian pasar juga tertuju pada potensi keluarnya Kalbe Farma (KLBF) dari indeks MSCI. Free float market cap KLBF turun di bawah US$1,2 miliar dan disertai aktivitas perdagangan yang semakin menipis. Jika resmi terdepak, ETF yang mengikuti MSCI akan melakukan aksi jual yang dapat menekan harga lebih dalam.

Dampak Potensial: Arus Dana Bisa Capai Ratusan Juta Dolar

Periode 5 hingga 25 November 2025 diperkirakan menjadi momentum dengan transaksi yang tidak biasa di BEI. Jika satu saham Indonesia masuk indeks global ini, potensi aliran dana yang masuk bisa mencapai ratusan juta dolar. Artinya, perubahan struktur MSCI bukan hanya isu teknis, melainkan katalis yang dapat mengubah dinamika pasar dalam waktu cepat.

Kesimpulan

Peluang lima saham besar BREN, PTRO, BRMS, ANTM, dan MDKA masuk ke MSCI dapat menjadi pemicu reli baru di pasar modal Indonesia. Dengan dukungan likuiditas dan sektor yang sedang tumbuh, kelima emiten tersebut menjadi incaran pelaku pasar institusional. Di sisi lain, KLBF harus berjuang mempertahankan posisinya agar tidak tersingkir dari indeks.

Pertarungan menuju MSCI November 2025 pada akhirnya adalah pertarungan merebut aliran dana global. Investor kini mulai memposisikan diri menyambut katalis penting ini.