Foto : Salah satu peserta MBF dari OPD yang digelar di JLS 2019 |
MALANGSATU.ID – Malang Beach Festival (MBF) yang selalu digelar Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Malang ternyata tidak masuk dalam 100 Calender of Event Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) 2020.
Dengan berbagai klaim keberhasilan itu, MBF ternyata masih kalah tenar dengan Malang Flower Carnival (MFC) yang diselenggarakan Kota Malang.
Dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) 2019 , MFC berhasil menjadi juara 3 kategori Festival Pariwisata Terpopuler.
MFC juga sudah masuk di urutan kelima event wisata Jawa Timur (Jatim) dalam 100 Calender of Event Wonderful Indonesia tahun 2020. Bersama Jazz Gunung Bromo, International Tour de Banyuwangi Ijen, Grand Final Karapan Sapi, serta Festival Gandrung Sewu.
MBF telah tiga kali digelar, namun dengan anggaran yang dikucurkan tiap kegiatan mencapai miliaran rupiah tidak berdampak signifikan, bahkan gaungnya kalah dengan event lainya dibeberapa kab/kota di Jawa Timur. Walaupun MBF diklaim oleh Disparbud Kabupaten Malang telah menarik wisatawan mancanegara. MBF juga disebut mampu menyedot antusias ribuan penonton, setiap kali digelar.
Pelaksanaan MBF ini sudah pernah juga dikritisi oleh DPRD Kabupaten Malang, bahkan pernah terang-terangan menyampaikan kritiknya atas pelaksanaan MBF. Yang mengatakan bahwa MBF selama ini terkesan “ramai untuk diri sendiri”.
Ketua DPRD Kabupaten Malang Didik Gatot Subroto, beberapa waktu lalu, menyampaikan kritiknya terkait dengan kebijakan anggaran. Dia menilai, anggaran daerah yang dipergunakan MBF tak sebanding dengan hasil yang didapatkan untuk menambah pundi-pundi pendapatan asli daerah (PAD).
Didik Gatot mengatakan, agar proses promosi pariwisata jangan terkesan asal-asalan dan seremonial saja. Serta menghabiskan anggaran miliaran rupiah, tapi tak menghasilkan apa-apa.
“Sampai saat ini belum ada masukan PAD berarti dari wisata Malang Selatan. Padahal sudah berapa banyak anggaran daerah dipakai untuk kegiatan di sana, salah satunya MBF itu,” ujarnya.
Seperti juga disampaikan oleh Ketua Ansor Kabupaten Malang, Husnul Hakim Syadad, bahwa gelaran MBF yang tidak masuk 100 Calender of Event Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) 2020, menujukkan bahwa pelaksanaan MBF gaungnya hanya lokalan saja, dan asal-asalan.
“Anggarannya miliaran, tapi pamornya kalah sama MFC di kota Makang”, ujarnya.
Husnul mengatakan, pelaksanaan MBF selama ini hanya di monopoli oleh Disparbud Kabupaten Malang, tidak pernah melibatkan kalangan pemuda yang potensinya luar biasa di Kabupaten Malang.
“Ya begini terus pelaksaannya, terkesan hanya seremonial saja, ga kreatif dan inovatif, serta tidak pernah melibatkan kalangan pemuda atau OKP yang ada di Kabupaten Malang”, ungkapnya.
Ketua Ansor Kabupaten Malang, kemudian meminta kepada Bupati Malang untuk melakukan evaluasi atas kinerja dari kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang.
“Kami minta Kepada Bapak Bupati Malang untuk mengevaluasi kinerja Kepala Dinas pariwisata, agar lebih baik lagi kinerjanya, dan melakukan komunikasi dengan OKP yang ada”, ujarnya
Menurut Husnul, persoalan pariwisata ini lekat dengan kalangan anak muda.
“Anak muda di Kabupaten Malang potensinya kuar biasa, ajak bicara mereka, soal konsep dan lain-lainya, karena pemuda itu lekat dengan pariwisata, apalagi eranya sudah digital, itu dunianya anak muda”, ujarnya.
Perlu diketahui bahwa, MBF tidak masuk dalam100 Calender of Event Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) 2020 dan kalah dengan MFC Kota Malang yang di ajang API 2019 selain menyabet juara kategori festival pariwisata populer dengan MFC, juga meraih penghargaan bidang promosi pariwisata digital terpopuler juara 3 dengan aplikasi Malang Menyapa. (*)