Malangsatu.id-Kalau kamu lagi mantengin saham sektor perbankan, nama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) alias BSI wajib banget kamu perhatiin. Soalnya, bank syariah terbesar di Tanah Air ini lagi ngelaju kencang banget sepanjang kuartal III-2025, bahkan pertumbuhannya ngalahin rata-rata industri perbankan nasional.
Kinerja pembiayaan BSI tumbuh 12% secara tahunan (YoY) hingga akhir September 2025, dengan total nilai mencapai Rp 301 triliun. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan kredit industri perbankan nasional yang cuma sekitar 7% YoY. Gokil sih, apalagi di tengah situasi ekonomi yang masih penuh tantangan.
Konsumer Masih Jadi Tulang Punggung BSI
Kalau dilihat lebih dalam, penyumbang utama dari lonjakan pembiayaan ini datang dari segmen konsumer. Totalnya tembus Rp 149 triliun, tumbuh 10,4% YoY. Segmen ini masih jadi motor utama buat BSI karena mencakup produk pembiayaan rumah, kendaraan, sampai kebutuhan konsumtif lainnya.
Artinya, masyarakat Indonesia makin percaya buat ambil pembiayaan lewat BSI entah buat rumah pertama, mobil keluarga, atau kebutuhan syariah lainnya. Ini juga ngasih sinyal positif buat prospek saham BRIS ke depan, karena sektor konsumer di perbankan biasanya jadi sumber pendapatan stabil.
Segmen Emas Melaju Gila-gilaan
Tapi, yang paling mencuri perhatian tahun ini justru datang dari pembiayaan berbasis emas. Setelah dapet izin operasional sebagai bullion bank di awal 2025, BSI langsung tancap gas di bisnis ini.
Hasilnya? Segmen emas tumbuh 72% YoY, dengan portofolio mencapai Rp 18,8 triliun! Lonjakan ini datang dari dua produk andalan: gadai emas dan cicilan emas.
Permintaan yang melonjak ini wajar sih, soalnya emas masih jadi instrumen investasi favorit di kalangan masyarakat Indonesia, terutama buat yang pengin tetap patuh prinsip syariah. Dengan status sebagai bullion bank, BSI punya peluang gede banget buat jadi pemain utama di ekosistem emas syariah nasional.
Pembiayaan Wholesale & UMKM Juga Ngegas
Gak cuma dari sisi konsumer dan emas, segmen wholesale alias korporasi besar juga tampil solid. Nilai pembiayaannya naik 11,7% YoY jadi Rp 83 triliun. Dorongannya datang dari meningkatnya permintaan pembiayaan proyek-proyek infrastruktur dan perusahaan besar yang lagi ekspansi.
Sementara itu, segmen UMKM juga tumbuh walaupun masih terbatas. Hingga akhir September 2025, pembiayaan ke sektor ini tercatat Rp 50,2 triliun, naik 6,9% YoY dibanding periode sebelumnya.
Walau gak setinggi segmen lain, pertumbuhan ini tetap penting karena sektor UMKM adalah tulang punggung ekonomi nasional. BSI pun terus berusaha dorong pembiayaan ke pelaku usaha mikro lewat berbagai program digital dan kemitraan syariah.
Strategi ke Depan, Diversifikasi dan Digitalisasi
Dengan pencapaian yang solid ini, BSI berhasil buktiin dirinya bukan sekadar “bank syariah besar”, tapi juga institusi finansial yang adaptif sama zaman.
Ke depan, manajemen BSI udah pasang target buat tetap jaga momentum pertumbuhan pembiayaan lewat beberapa langkah strategis:
- Diversifikasi portofolio pembiayaan, supaya gak terlalu bergantung ke satu sektor aja.
- Penguatan layanan digital banking, biar nasabah makin gampang akses produk syariah lewat aplikasi atau platform online.
- Pengembangan ekosistem emas syariah, memanfaatkan momentum sebagai bullion bank buat memperluas basis pelanggan dan pendapatan.
Dengan kombinasi tiga hal itu, BSI bukan cuma kuat di sisi finansial, tapi juga siap jadi pelopor inovasi di industri perbankan syariah modern.
Saham BRIS Punya Potensi Cerah
Buat kamu yang lagi cari saham sektor keuangan dengan prospek jangka panjang, saham BRIS patut banget kamu lirik. Kinerja pembiayaan yang tumbuh di atas rata-rata industri, ekspansi ke bisnis emas, dan strategi digitalisasi bikin BSI punya posisi kuat di pasar.
Apalagi tren keuangan syariah di Indonesia lagi naik banget ini bisa jadi momentum emas buat BSI terus melesat di tahun-tahun ke depan.
Singkatnya, BSI lagi on fire, dan kalau mereka terus jaga momentum ini, bukan gak mungkin BRIS bakal jadi salah satu saham bank paling menarik di 2026 nanti.